Tinja atau air liur, itulah bahan bagi sejumlah makanan berikut ini:
1. Kopi Luwak
Banyak orang mencintai kopi, apalagi dengan banyaknya ragam dari berbagai bagian eksotis dunia. Namun demikian, ada satu yang cukup menghenyak bagi para penggemar kopi, yaitu kopi luwak.
Kopi luwak adalah kopi paling mahal sendunia dan dihasilkan dari biji-biji kopi yang menjadi bagian tinja luwak, hewan khas Asia Tenggara. Hewan itu menelan bulir-bulir buah kopi, tapi tidak mencerna bijinya.
Karena sudah melewati proses pencernaan, biji-biji itu menjadi kurang masam, berkurang proteinnya, dan berkurang pula kadar kafeinnya. Hasil akhirnya adalah kopi luwak yang rasanya lembut beraroma dan tidak terlalu pahit.
2. Teh Hijau Tinja Panda
Panda dikenal tidak menyukai terlalu banyak jenis makanan selain bambu. Tapi menurut pengusaha teh, panda hanya mencerna sekitar 30 persen gizi dalam bambu, sehingga tinja opanda masih kaya akan vitamin dan mineral dari tumbuhan tersebut. Cocok untuk pupuk.
An Yashi, pengusaha, pakar alam liar, sekaligus pengajar di Sinchuan University itu mengubah tinja panda menjadi teh hijau yang unik. Teh garapannya disuburkan dengan tinja panda sehingga memberi dampak istimewa.
Katanya, "Seperti teh hijau, bambu mengandung unsur yang dapat mencegah kanker dan memperkuat dampak anti-kanker pada teh hijau jika dipakai sebagai pupuk."
Harga teh tinjau itu mencapai US$ 35 ribu untuk 1 pon, sekitar 454 gram.
An Yashi, pengusaha, pakar alam liar, sekaligus pengajar di Sinchuan University itu mengubah tinja panda menjadi teh hijau yang unik. Teh garapannya disuburkan dengan tinja panda sehingga memberi dampak istimewa.
Katanya, "Seperti teh hijau, bambu mengandung unsur yang dapat mencegah kanker dan memperkuat dampak anti-kanker pada teh hijau jika dipakai sebagai pupuk."
Harga teh tinjau itu mencapai US$ 35 ribu untuk 1 pon, sekitar 454 gram.
3. Un, Kono Kuro
Nama bir itu merupakan plesetan "unko", bahasa Jepang untuk menyebut tinja. Bir buatan Sankt Gallen di Kanagawa tersebut dimaksudkan menjadi lelucon April 2013, tapi ludes terjual hanya dalam beberapa menit setelah dijual.
Minuman beralkohol itu dibuat dari bahan yang tidak biasa, yaitu kopi. Tapi, kopi itupun dibuat dari biji-biji kopi yang dikumpulkan oleh gajah-gajah di Yayasan Gajah Segitiga Emas di Thailand.
Seperti kopi luwak, biji-biji kopinya juga melewati sistem pencernaan. Tapi, kopinya dicerna dalam sistem pencernaan gajah. Untuk 33 kilogram biji kopi yang ditelan, hanya ada 1 kilogram yang bisa dipakai ketika keluar bersama tinja gajah.
Seorang penilai bernama Sato mengatakan, "Setelah menghabiskan tetes terakhir, ada sesuatu yang berpendar, perlahan naik dari kerongkongan dan mulut. Kombinasi pahit dan manis tetap terasa dan membayang di benak saya."
"Setelah beberapa saat sesudahnya, saya masih bisa merasakan seakan tubuh saya dipenuhi dengan wangi yang hangat."
Harganya? Cukup membayar US$ 104 untuk 35 gram kopi.
4. Chicha
Chicha adalah bir jagung yang dibuat di Andes, dan bertarikh hingga ribuan tahun. Bir itu memegang peran penting dalam budaya-budaya Inca dan Aztec, yang menganggap kemabukan sebagai kegiatan spiritual dan berbagi minuman sebagai tanda persahabatan.
Secara tradisional, Chicha diproses secara berbeda dari versi yang ada sekarang. Untuk memulai proses fermentasi, pembuat Chicha mengulum tepung jagung dengan lidahnya sehingga lembab karena ludah mereka.
Enzim dalam ludah kita cukup untuk mengubah kanji jagung menjadi gula yang dapat berfermentasi. Setelah masa pengeringan, kue-kue tepung jagung itu siap.
Langkah awal itu terjadi sebelum bir disuling, sehingga produk akhirnya steril. Beberapa penyulingan masih membuat minuman itu dengan cara tradisional.
5. Madu
Lebah memiliki dua lambung. Satu lambungnya dikhususkan untuk menyimpan nektar yang mereka kumpulkan dari bunga. Ketika penuh, lambung itu bisa seberat lebah itu sendiri.
Lebah madu kembali ke sarang setelah mengujungi sekitar 1500 kuntum bunga dan kemudian memberikan nektar kepada lebah pekerja dengan cara memuntahkan nektar dari lambung ke dua tersebut ke mulut lebah pekerja.
Prose situ diulangi hingga nektar yang tercerna sebagian itu siap dan disimpan dalam sarang madu. Kemudian, air dikipas ke luar dari nektar hingga kental seperti madu yang kita kenal.
6. Shellac
Shellac adalah zat yang lazim dipakai sebagai pelapis makanan. Namanya jarang terdengar, tapi pemakaiannya cukup banyak. Misalnya untuk pelapis permen, coklat, dan bahkan pada lilin pelapis buah segar.
Shellac adalah hasil pemurnian lac, suatu tinja dari serangga Laccifer lacca Kerr yang ada di India, Thailand, dan Myanmar.
Tinja itu berbentuk ranting-ranting yang kemudian direndam dalam air untuk membersihkannya, misalnya dari membersihkan bagian-bagian serangga. Lalu direndam dalam sodium karbonat untuk menghilangkan asam.
Tinja yang dimurnikan itu kemudian dipakai untuk berbagai makanan kita, tapi juga sebagai pernis atau pelapis kayu.
7. Sosis Tinja Bayi
Fermentasi oleh bakteri memainkan peranan penting dalam pembuatan sosis. Misalnya, rasa yang kuat pada sosis pepperoni disebabkan oleh bakteri.
Shellac adalah hasil pemurnian lac, suatu tinja dari serangga Laccifer lacca Kerr yang ada di India, Thailand, dan Myanmar.
Tinja itu berbentuk ranting-ranting yang kemudian direndam dalam air untuk membersihkannya, misalnya dari membersihkan bagian-bagian serangga. Lalu direndam dalam sodium karbonat untuk menghilangkan asam.
Tinja yang dimurnikan itu kemudian dipakai untuk berbagai makanan kita, tapi juga sebagai pernis atau pelapis kayu.
7. Sosis Tinja Bayi
Fermentasi oleh bakteri memainkan peranan penting dalam pembuatan sosis. Misalnya, rasa yang kuat pada sosis pepperoni disebabkan oleh bakteri.
Jadi, jangan heran kalau sejumlah peneliti mengaku telah mengembangkan cara fermentasi sosis yang menghasilkan makanan sehat penuh bakteri baik sebagaimana halnya yogurt probiotik.
Hanya saja, bakteri yang dipakai berasal dari tinja bayi manusia. Para peneliti mengkulturkan bakteri dari 43 sampel tinja dan menggunakannya untuk membuat suatu jenis sosis babi yang dikenal sebagai fuet.
Hasilnya diuji oleh para pencicip profesional dan mereka melaporkan tidak merasakan perbedaan rasa dibandingkan dengan sosis fuet lazimnya.
8. Kuchikami No Sake
Hanya saja, bakteri yang dipakai berasal dari tinja bayi manusia. Para peneliti mengkulturkan bakteri dari 43 sampel tinja dan menggunakannya untuk membuat suatu jenis sosis babi yang dikenal sebagai fuet.
Hasilnya diuji oleh para pencicip profesional dan mereka melaporkan tidak merasakan perbedaan rasa dibandingkan dengan sosis fuet lazimnya.
8. Kuchikami No Sake
Sebagaiman halnya Chicha, cara memproses sake telah berubah seiring berjalannya waktu. Alkohol beras dalam proses sering disebut dengan "wine beras", tapi lebih mendekati bir.
Sekarang ini, beras biasanya difermentasi menggunakan cendawan jenis Aspergillus oryzae yang memiliki enzim untuk mengubah kanji beras menjadi gula. Tapi, sebelum temuan cendawan itu, ludah manusia dipakai untuk proses fermentasi.
Pembuat minuman mulai proses fermentasi dengan mengunyah beras, buah berangan (chestnut), atau buah pohon ek (acorn). Sake jenis ini dikenal dengan Kuchikami No Sake, atau "Sake Kunyahan Mulut". Masih ada yang membuatnya di masa kini.
9. Ambergris
Zat ini merupakan lendir usus yang dihasilkan dalam lambung atau tenggorokan paus sperma. Karena jarang dan banyak gunanya, harganya bisa mencapai US$ 29 per gram.
Sekarang ini, beras biasanya difermentasi menggunakan cendawan jenis Aspergillus oryzae yang memiliki enzim untuk mengubah kanji beras menjadi gula. Tapi, sebelum temuan cendawan itu, ludah manusia dipakai untuk proses fermentasi.
Pembuat minuman mulai proses fermentasi dengan mengunyah beras, buah berangan (chestnut), atau buah pohon ek (acorn). Sake jenis ini dikenal dengan Kuchikami No Sake, atau "Sake Kunyahan Mulut". Masih ada yang membuatnya di masa kini.
9. Ambergris
Zat ini merupakan lendir usus yang dihasilkan dalam lambung atau tenggorokan paus sperma. Karena jarang dan banyak gunanya, harganya bisa mencapai US$ 29 per gram.
Beberapa penggunaannya antara lain dalam pembuatan parfum, tapi juga untuk memasak telur, membuat es krim, dan bahkan minuman campuir. Baunya disebut seperti konsentrat bau laut.
Salah satu pandangan salah tentang zat ini adalah bahwa zat itu adalah muntahan paus sperma. Namun demikian, ambergris lebih mungkin dikeluarkan sebagai tinja, bukan dimuntahkan.
10. Yan Wo
Sarang burung walet dikenal juga sebagai "kaviar dari timur" karena harga dan statusnya dalam santapan, misalnya di China. Burung walet membangun sarang menggunakan ludah mereka ketika sedang membesarkan anak burung, lalu ditinggalkan sesudah kegunaannya selesai.
Salah satu pandangan salah tentang zat ini adalah bahwa zat itu adalah muntahan paus sperma. Namun demikian, ambergris lebih mungkin dikeluarkan sebagai tinja, bukan dimuntahkan.
10. Yan Wo
Sarang burung walet dikenal juga sebagai "kaviar dari timur" karena harga dan statusnya dalam santapan, misalnya di China. Burung walet membangun sarang menggunakan ludah mereka ketika sedang membesarkan anak burung, lalu ditinggalkan sesudah kegunaannya selesai.
Dikenal sebagai Yan Wo di China, sup sarang burung yang berprotein tinggi dipakai dalam sup, tonik, bahkan makanan penutup. Satu dekade lalu, diperkirakan ada sekitar 1000 lahan sarang burung dan sekarang ada sekitar 60 ribu. Industri air liur walet ditaksir bernilai US$ 5 miliar.
Sumber : Yahoo
Sumber : Yahoo