Ultah Pramoedya Ananta Toer Sastrawan Legendaris di Logo Google

https://www.google.co.id/logos/doodles/2017/pramoedya-ananta-toers-92nd-birthday-5677338286096384-hp.gif

Ultah Pramoedya Ananta Toer sastrawan legendaris Indonesia dirayakan di Google doodle hari ini Senin, 6 Februari 2017. Sosok pengarang tetralogi Buru ini lahir pada 6 Februari 1925 atau 92 tahun lalu. Sepanjang hidupnya hingga meninggal pada usia 81 tahun, Pramoedya sangat aktif menulis. Tercatat lebih dari 50 karya emasnya tertuang dalam dunia sastra Indonesia, termasuk Perburuan (1950) dan Bumi Manusia (1980).

Jika kita mengunjungi halama utama Google hari ini, akan muncul doodle unik sosok lelaki yang tengah mengetik di mesin tik lama. Sebagai latar belakang, tampak ‘keyboard’ klasik dengan pola standard. Cuma, di barisan ketiga, terdapat huruf-huruf yang menyusun kata ‘Google’ dengan warna merah, biru, dan hijau. Sosok lelaki tersebut tidak lain adalah Pramoedya Ananta Toer, pria kelahiran Blora pada 1925 yang novel-novel kemanusiaannya menggugah sekian juta orang.

Sebagai sosok yang merasakan sendiri pahit-getirnya perjuangan pergerakan nasional, Pram menuliskan karya-karya yang begitu ‘hidup’. Perburuan, novelnya yang menjadi pemenang sayembara Balai Pustaka yang digelar pada 1949, adalah contoh. Novel yang dibuat Pram ketika berada dalam penjara ini, mengisahkan Raden Hardo, yang meninggalkan status ningrat dan memilih hidup sebagai pengemis.

https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/tokoh/2012/01/11/294/200x300/pramoedya-ananta-toer.jpg
Karya Pram yang paling terkenal, bisa jadi adalah Tetralogi Buru. Terdapat empat buah novel, yaitu Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Tidak sedikit yang menyebut, novel-novel ini menjadi bahan wajib bagi penggemar sastra Indonesia. Latar belakang perjalanan novel ini hingga bisa diterbitkan, yang penuh liku karena sikap Orde Baru terhadap Pram, menambah ‘tinggi’ nilai tetralogi ini.

Hidup Pramoedya Ananta Toer tidak bisa tidak, berkaitan pula dengan beberapa kontroversi. Posisinya di Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), dan sikap yang berseberangan dengan Manikebu (Manifes Kebudayaan), menjadikan Pram terlibat dalam salah satu momen paling panas dalam sejarah sastra Indonesia.

Di era Orde Baru, semua yang berkaitan dengan Orde Lama mendapatkan perlakuan ‘tidak biasa’. Termasuk Pram yang menjadi tahanan politik selama 14 tahun. Sejak 1969 hingga 1979, ia ditempatkan di Pulau Buru, yang kelak membuahkan tetralogi Buru. Ketika dibebaskan pun, hingga Orde Baru berakhir, Pram mengalami banyak kesulitan, terutama terkait penerbitan karyanya yang sempat dicekal.
Pramoedya Ananta Toer meninggal pada 31 April 2006 di usia 81 tahun. Sebuah kata mutiara yang terkenal darinya adalah, ““Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”


Sumber : Sidomi
Previous
Next Post »